Wednesday, May 3, 2017

Artikel Etika Bisnis : Perbandingan Etika Bisnis yang Berlaku di Amerika dan Indonesia

Perbandingan Etika Bisnis yang Berlaku di Amerika dan Indonesia
(Untuk Melengkapi Tugas Etika Bisnis)


Disusun oleh :
Panji Aldio Utama
18214387
3EA47
Dosen : Bpk. Adi Kuswanto


UNIVERSITAS GUNADARMA
KARAWACI
2017 



BAB 1
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Moralitas dan norma adalah hal penting yang perlu diperhatikan dalam berbagai aspek kehidupan. Nilai-nilai yang mencakup, menentukan baik buruknya sebuah tindakan tertentu dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika dan norma yang berkembang di masyarakat memiliki dasar yang seragam dengan bentuk yang bermacam-macam. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari aturan kehidupan bermasyarakat. Begitu pun dengan kegiatan usaha atau berbisnis. Seorang pelaku usaha dituntut untuk memperhatikan etika moral atau tata cara kegiatan berbisnis yang baik.
Etika berbisnis yang baik secara singkat disimpulkan bahwa kegiatan usaha tersebut tidak mengandung unsur merugikan pihak konsumen atau pihak lain. Etika berbisnis di berbagai negara tidak sama, ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sejarah dan budaya setempat yang berkembang didalamnya. Dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan dan mengidentifikasi etika bisnis yang berlaku di negara Amerika sebagai bahan studi atau bandingan etika bisnis yang berkembang di Indonesia sampai sekarang.

1.2. Rumusan Masalah
Ada beberapa perumusan masalah yang akan dijabarkan dalam penulisan ini agar bisa lebih dipahami dan dimengerti oleh para pembaca. 
1.    Apakah yang dimaksud Etika Bisnis ?
2.    Bagaimana praktek etika bisnis di Amerika Serikat ?
3.    Apakah ada perbedaan etika bisnis yang berlaku di Amerika dengan yang di Indonesia ?


BAB 2
PEMBAHASAN



2.1. Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan dengan personal, perusahaan ataupun masyarakat atau bisa juga diartikan pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal secara ekonomi maupun sosial.
Dalam menerapkan etika dalam berbisnis para pelaku bisnis harus memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku di dalam masyarakat. Disamping itu etika bisnis juga bisa diterapakan dan dimunculkan dalam perusahaan sendiri karena memiliki keterkaitan dengan profesional bisnis. Perusahaan menyakini prinsip bisnis yang baik adalah yang memperhatikan etika-etika yang berlaku, seperti menaati hukun dan peraturan yang berlaku.

2.2. Prinsip Etika Bisnis
Secara umum etika bisnis harus ditempuh oleh perusahaan agar tercapai tujuan yang telah ditetapakan. Oleh karena itu etika bisnis memiliki beberapa prinsip yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan yang dimaksud. Adapun prinsip-prinsip etika dalam berbisnis adalah Prinsip otonomi dan Prinsip kejujuran.
a. Prinsip Otonomi
Dalam prinsip otonomi etika bisnis perusahaan bebas memiliki kewenangan sesuai dengan bidang yang telah dikuasai Sesuai dengan visi dan misi perusahaan tersebut. Contoh otonomi dalam etika bisnis perusahaan tidak bergantung dengan perusahaan lain dalam mengambil keputusan bisnis. Perusahaan tersebut bebas mengambil keputusan apapun yang sesuai dengan visi misinya. Dalam menjalankan prinsip otonomi ini 2 perusahaan atau lebih bisa berkomitmen dalam menjalankan etika bisnis ini, namun masing-masing perusahaan dimungkinkan untuk mengambil pendekatan yang berbeda-beda dalam menjalankanya. Sebab masing-masing perusahaan memiliki kondisi karakter internal dan strategi yang berbeda dalam mencapai tujuan serta visi misi dari perusahaan tersebut.
b. Prinsip kejujuran
Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang paling dasar untuk mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan bisnis akan bisa berhasil dan sukses bila setiap individu yang terlibat dalam kegiatan bisnis menerapkan prinsip kejujuran. Pada dasarnya prinsip kejujuran ini harus ditanamkan dalam setiap kegiatan bisnis. Hal yang paling penting dalam menerapakan prinsip ini dalam bisnis adalah dengan memulai menerapakan prinsip ini pada diri kamu dahulu. Jika kamu sebagai pimpinan perusahaan mampu untuk menerapakan prinsip ini, tentu akan menjadi contoh bagi semua karyawan yang bekerja di perusahaanmu.

2.3. Etika Bisnis di Amerika
Ada dua poin penting dalam budaya Amerika yang perlu diketahui dan dipahami yaitu individualism dan egalitarianism. Individualisme dan egalitarianisme adalah dua elemen penting dalam budaya Amerika yang memiliki efek signifikan terhadap etika bisnis mereka.
Menurut penelitian dan studi Geert Hofstede seorang Profesor Manajemen Internasional di University of Limburg di Maastricht Belanda dan ahli terkenal di budaya bisnis telah melakukan studi komprehensif tentang nilai-nilai di tempat kerja Amerika Serikat memiliki tingkat individualisme yang tinggi dalam masyarakatnya.
Ini adalah salah satu alasan di balik Amerika yang menunjukkan perilaku lebih mandiri dan anggota keluarga dekat cenderung membentuk ikatan yang luas dengan orang lain. Budaya Amerika menekankan  praktis penghargaan terhadap mereka yang mengambil inisiatif dalam menggapai tujuannya sebagai prestasi pribadi. Status dan usia tidak terlalu menjadi masalah dalam memandang prestasi seseorang.
Sementara itu egalitarianisme atau konsep kesetaraan adalah penting juga. Amerika percaya bahwa mereka harus diberi hak yang sama kewajiban sosial yang sama dan kesempatan yang sama. Kesetaraan bagaimanapun masih didasarkan pada prestasi individu. Amerika merasa dan percaya bahwa bekerja keras dan melakukan yang terbaik layak sukses dan keuntungan finansial yang lebih baik.
Konsep pengaruh kesetaraan bagaimana Amerika memperlakukan orang yang lebih kaya lebih tua dan figur otoritas. Amerika umumnya tidak menunjukkan rasa hormat banyak orang yang secara finansial dan / atau sosial lebih tinggi dalam status. Gelar profesional yang sangat jarang digunakan dan orang-orang lebih suka memanggil satu sama lain dengan nama pertama mereka.
Budaya bisnis Amerika sangat berpusat pada tugas masing-masing individu. Amerika akan langsung mengatakan tidak jika mereka menginginkannya. Itu normal bagi mereka untuk mengkritik kinerja orang-orang di depan umum, sehingga anda tidak akan merasa malu jika anda di kritik.
Selain itu ketepatan waktu dianggap sakral dalam budaya bisnis Amerika. Orang-orang diharapkan untuk menghadiri pertemuan dan janji pada waktu dan tenggat waktu diharapkan akan bertemu di titik. Kegagalan untuk melakukannya sering disukai dan dipandang sebagai sangat tidak sopan. Menjadi tepat waktu dan memenuhi deadline yang lebih ditekankan karena waktu adalah uang filsafat yang dipraktekkan oleh masyarakat bisnis secara umum.
Amerika bersedia bekerja berjam-jam dan lembur karena etos kerja mereka. Kantor / bisnis hirarki juga sedang dipraktekkan dengan stres yang diberikan pada struktur organisasi perusahaan. Namun karena individualisme dalam masyarakat Amerika dan budaya bisnis lingkungan kerja yang sangat kompetitif dengan penekanan pada kompetensi pribadi profesionalisme dan akuntabilitas individu.
Sehubungan dengan beberapa etika bisnis jabat tangan perusahaan menandakan awal dan akhir dari pertemuan bisnis. Tampilkan ketulusan dan bunga ditunjukkan dengan mempertahankan kontak mata langsung selama salam awal dan selama bagian penting dari percakapan. Bertukar kartu nama dipandang sebagai kegiatan biasa atau kasual dan mengikuti tidak ada aturan formal.
Ketika Anda melakukan bisnis di AS adalah penting bahwa seseorang memperhatikan pedoman dan aturan ditentukan oleh kebijakan bisnis prosedur dan hukum. Hati-hati ketika memberikan hadiah karena prakteknya seringkali dianjurkan oleh banyak perusahaan karena gerakan itu dapat dengan mudah oleh disalahartikan sebagai suap.

2.4. Etika Bisnis di Indonesia
Etika bisnis dalam tinjauan di indonesia bisa kita refleksikan pada kondisi krisis ekonomi sekarang ini. Semakin berlarutnya penanganan krisis membuktikan bahwa etika bisnis di indonesia masih buruk baik itu di kalangan swasta dalam hal ini pengusaha, pemerintah baik dari pusat maupun daerah di segala tingkatan. Adanya krisis ekonomi di indonesia disebabkan oleh kebijakan ekonomi pemerintah yang tidak transparan, akuntabel, tidak memperdulikan kepentingan rakyat dan yang lebih utama adalah maraknya praktek KKN (korupsi, kolusi, nepotisme). Kinerja pemerintah bisa kita lihat pada gambaran menyeluruh dari kondisi bangsa kita sekarang ini. Kebijakan ekonomi pada waktu itu bila ditinjau dalam prespektif etika bisnis banyak yang tidak objektif (masuk akal). Hal itu bisa dilihat pada angka-angka sebagai indikator ekonominya.
Kita melihat bahwa Indonesia selama 30 tahun sebelum adanya krisis dipandang sebagai negara yang berhasil dan dipuji Bank Dunia sebagai negara yang pembangunannya telah berhasil dan dimasukkan sebagai bagian dari keajaiban Asia Timur.Tapi setelah adanya krisis kita dihadapkan pada kenyataan bahwa kita terbelenggu oleh utang yang tidak akan habis sampai dengan sepuluh keturunan anak cucu kita.Di jaman Soeharto utang dianggap sebagai pendapatan pembangunan, dikatakan utang khususnya luar negeri dalam kondisi sustainable jika tidak mencapai 20 % dari total GDP. Kondisi ini tentunya akan sangat memberatkan pemerintah di kemudian harinya. Karena utang adalah indikator dalam menentukan soliditas keuangan.
Tidak saja masalah utang yang mengakibatkan indonesia didera krisis, masalah lainnya adalah tentang krisis perbankan di Indonesia. Hal itu terjadi karena bank-bank banyak yang telah bermain curang. Bank-bank kita telah digerogoti oleh pemiliknya sendiri. Pada waktu itu bank-bank yang kalah clearing dan harus diskors ditolong oleh pemerintah melalui fasilitas diskonto. Kejadian itu tidak sekali atau dua kali tapi sudah berlangsung lama. Dampaknya adalah pada kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Praktek kecurangan perbankan  lainnya adalah tentang pembuatan bank-bank fiktif yang hanya digunakan untuk menarik modal.
Rendahnya etika bisnis yang terlihat dari kebijakan pemerintah yang tidak masuk akal tercermin juga pada hal lain, yaitu kerusakan yang disebabkan oleh praktek KKN (korupsi, kolusi, Nepotisme). Menurut Kwik Kian Gie KKN adalah sumber dari permasalahan krisis yang terjadi di indonesia. KKN adalah the roots of all evils. Setiap proyek baik proyek yang didanai oleh pihak luar negeri atau pemerintah selalu digerogoti oleh para koruptor. Yang terjadi kemudian adalah otak kita telah dipenuhi oleh otak proyek. Karena dengan adanya proyek tersebut dampaknya adalah pada pemasukan ke kantong-kantong pribadi yang ujung-ujungnya korupsi.
Kalau kita melihat dari fenomena diatas tentunya kesalahan terbesar dalam memahami keberadaan etika dan moral dalam suatu bisnis di Indonesia terletak pada kecenderungan untuk memisahkan keduanya dari keberadaan sistem kemasyarakatan. Etika dan moral dalam pandangan yang berkembang di Indonesia cenderung dilihat sebagai sebuah variabel yang semata-mata tumbuh dari dalam diri seseorang atau sekelompok orang. Jadi tidak diwujudkan dalam sebuah lingkup yang lebih besar misalnya dalam sebuah negara atau perusahaan.
Dengan demikian, etika dan moral cenderung dipandang sebagai variabel bebas yang sama sekali tidak tergantung pada kondisi kualitas sistem kemasyarakat secara menyeluruh. Kecenderungan seperti itu antara lain tampak pada kecenderungan untuk menyamakan keberadaan etika dan moral seseorang atau sekelompok orang dengan keberadaan mutiara. Sebagaimana dikemukakan oleh sebuah ungkapan, "Sekali mutiara akan tetap mutiara. Walaupun dilemparkan ke dalam lumpur sekali pun, ia akan tetap mutiara." Artinya, seseorang atau sekelompok orang yang memiliki etika dan moral baik, akan tetap menjadi orang baik dalam sebuah sistem kemasyarakat yang jahat sekalipun. Kesimpulan seperti itu, walaupun dapat ditemukan pada pribadi-pribadi tertentu, mustahil dapat dibenarkan pada tingkat kehidupan bermasyarakat secara umum.
Etika bisnis merupakan bagian Code of Conduct (pedoman tentang perilaku etis) suatu entitas usaha. Pemerintah dan lembaga-lembaga Pemerintah dapat kita anggap di sini sebagai entitas usaha, yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk produk kebijakan publik maupun produk barang/jasa publik. Di dalam Code of Conduct inilah tercantum nilai-nilai etika berusaha sebagai salah satu pelaksanaan kaidah-kaidah Good Governance. Dengan kata lain, pembahasan etika bisnis tidak dapat terlepas dari pembahasan muaranya, yakni governance.
Di dalam literatur ilmu ekonomi pembangunan, konsep governance meliputi berbagai faktor kelembagaan dan organisasi (termasuk perangkat peraturan) yang mempengaruhi operasi perekonomian dan membentuk kebijakan publik pemerintah. Kapasitas governance Pemerintah yang baik diyakini akan memberikan hasil adanya suatu pasar di berbagai sektor yang berjalan secara efisien dan kemampuan negara untuk mengatasi berbagai permasalahan ekonomi secara efektif.
Secara umum, etika adalah ilmu normatif penuntun manusia, yang memberi perintah apa yang mesti kita kerjakan dalam batas-batas kita sebagai manusia. Etika menunjukkan kita dengan siapa dan apa yang sebaiknya dilakukan. Maka, etika diarahkan menuju perkembangan manusia dan mengarahkan kita menuju aktualisasi kapasitas terbaik kita. Sebagai contoh, jika kita rasional, maka etika memberi perintah bahwa kita harus bertindak secara masuk akal. Itu akan membawa kita menuju ke keutamaan.
Mengapa suatu entitas perlu menerapkan nilai-nilai etika berusaha sebagai bagian dari pelaksanaan good governance? Jawabannya adalah dengan adanya praktek etika berusaha dan kejujuran dalam berusaha dapat menciptakan aset yang langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan nilai entitas. Banyak kasus di berbagai negara yang telah membuktikan hal tersebut.
Sayangnya, sebagai manusia para penguasa dan pebisnis sangat rentan terhadap godaan untuk melanggar etika. Tujuan para pebisnis adalah untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin. Filosofi yang dominan bagi para pebisnis adalah cara mana yang membuat uang paling banyak. Tujuan hidup mereka didasarkan atas pertanyaan ini. Orang-orang macam ini seperti yang dikatakan oleh Charles Diskens dalam Martin Chuzzlewit, "Semua perhatian, harapan, dorongan, pandangan dan rekanan mereka meleleh dalam dolar. Manusia dinilai dari dolarnya." Theodore Levitt mengatakan bahwa para pebisnis ada hanya untuk satu tujuan, yaitu untuk menciptakan dan mengalirkan nilai kepuasan dari suatu keuntungan hanya pada dirinya dan nilai budaya, spiritual dan moral tidak menjadi pertimbangan dalam pekerjaaannya.


BAB 3
KESIMPULAN


Etika bisnis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan dengan personal, perusahaan ataupun masyarakat atau bisa juga diartikan pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal secara ekonomi maupun sosial. Etika bisnis memiliki beberapa prinsip yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan yang dimaksud. Adapun prinsip-prinsip etika dalam berbisnis adalah prinsip otonomi dan prinsip kejujuran.
Di dalam etika bisnis yang berlaku di Amerika Individualisme dan egalitarianisme adalah dua elemen penting dalam budaya Amerika yang memiliki efek signifikan. Menurut penelitian dan studi Geert Hofstede seorang Profesor Manajemen Internasional di University of Limburg di Maastricht Belanda dan ahli terkenal di budaya bisnis telah melakukan studi komprehensif tentang nilai-nilai di tempat kerja Amerika Serikat memiliki tingkat individualisme yang tinggi dalam masyarakatnya. Selain itu egalitarianisme atau konsep kesetaraan penting juga di Amerika. Amerika percaya bahwa mereka harus diberi hak yang sama kewajiban sosial yang sama dan kesempatan yang sama. Budaya bisnis Amerika sangat berpusat pada tugas masing-masing individu. Selain itu ketepatan waktu dianggap sakral dalam budaya bisnis Amerika. Orang Amerika bersedia bekerja berjam-jam dan lembur karena etos kerja mereka. Ketika Anda melakukan bisnis di AS adalah penting bahwa seseorang memperhatikan pedoman dan aturan ditentukan oleh kebijakan bisnis prosedur dan hukum.

Sedangkan etika bisnis yang berlaku di Indonesia sangat rendah, hal ini terlihat dari kebijakan pemerintah yang tidak masuk akal selain itu tercermin juga pada hal lain, yaitu kerusakan yang disebabkan oleh praktek KKN (korupsi, kolusi, Nepotisme). Oleh karena itu perlu adanya praktek etika berusaha dan kejujuran dalam berusaha agar dapat menciptakan aset yang langsung atau tidak langsung yang dapat meningkatkan nilai entitas.



Daftar pustaka 
https://www.academia.edu , Etika Bisnis di Dunia

No comments:

Post a Comment