Thursday, April 27, 2017

Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis


KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS

(Untuk Melengkapi Tugas Etika Bisnis)


Disusun oleh :
Panji Aldio Utama
18214387
3EA47
Dosen : Bpk. Adi Kuswanto


UNIVERSITAS GUNADARMA
KARAWACI
2017 



BAB 1
PENDAHULUAN

Telkomsel diduga melakukan manipulasi dalam program “Talkmania” dengan tetap menarik pulsa pelanggan meski keutamaan dalam program itu tidak diberikan. Salah seorang warga Kota Medan, Mulyadi (37) di Medan, Selasa, mengatakan, dalam iklannya, Telkomsel menjanjikan gratis menelepon ke sesama produk operator selular itu selama 5.400 detik (90 menit -red). Untuk mendapatkan layanan itu, pulsa pelanggan akan dikurangi Rp3 ribu setelah mendaftar melalui SMS “TM ON” yang dikirim ke nomor 8999 terlebih dulu.Namun, pelanggan sering merasa kecewa karena layanan itu selalu gagal dan hanya dijawab dengan pernyataan maaf disebabkan sistem di operator selular tersebut sedang sibuk serta disuruh mencoba lagi.Tapi pulsa pelanggan tetap dikurangi, dan apabila terus dicoba tetap juga gagal, sedangkan pulsa terus dikurangi, katanya. Warga Kota Medan yang lain, Ulung (34) mengatakan, penggunaan layanan Talkmania yang diiklankan Telkomsel itu seperti “berjudi”. “Kadang-kadang berhasil, kadang kadang gagal, namun pulsa tetap ditarik,” katanya. Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK), Farid Wajdi, SH, MHum mengatakan, layanan iklan Telkomsel itu dapat dianggap manipulasi karena terjadinya “misleading” atau perbedaan antara realisasi dengan janji. Pihaknya siap memfasilitasi dan melakukan pendampingan jika ada warga yang merasa dirugikan dan akan menggugat permasalahan itu secara hukum.Secara sekilas, kata Farid, permasalahan itu terlihat ringan karena hanya mengurangi pulsa telepon selular masyarakat sebesar Rp3 ribu.Namun jika kejadian itu dialami satu juta warga saja dari sekian puluh juta pelanggan Telkomsel, maka terdapat dana Rp3 miliar yang didapatkan operator selular itu dari praktik manipulasi iklan tersebut. Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) perlu rena iklan operator selular selama ini sering menjebak, saling menjatuhkan dan tidak memiliki aturan yang jelas, katanya. Humas Telkomsel Medan, Weni yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya akan melakukan pengecekan terhadap nomor pelanggan yang merasa dirugikan dalam layanan Talkmania tersebut. “Namun, Telkomsel telah ‘merefine’ atau mengembalikan kembali pulsa nomor-nomor (handpone) yang gagal itu,” katanya


BAB 2
PEMBAHASAN


Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika bisnis. Kasus telkomsel diatas merupakan salah satu tindakan ingkar janji karena tetap mengurangi pulsa pelanggan sedangkan fasilitas talkmania tidak diterima oleh pelanggan.

Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :
  • ·         Pengendalian diri
  • ·         Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
  • ·         Mampu menyatakan yang benar itu benar.Artinya, jika pihak telkomsel benar mengadakan
  • ·         Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.


Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh? Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi.  Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika bisnis.

Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.

Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.

Salah satu contoh yang selanjutnya menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional terkena batasan di pasar internasional. Contoh lain adalah produk-produk hasil hutan yang mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga



BAB 3
PENUTUP


3.1     KESIMPULAN

Pelanggaran etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil industri dipasar internasional. Ini bisa terjadi sikap para pengusaha kita. Lebih parah lagi bila pengusaha Indonesia menganggap remeh etika bisnis. Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat keprihatinan banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak saja buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama mereka sendiri dan negara.

Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Telkomsel melakukan manipulasi dalam iklan talkmania pelanggan telkomsel merasa telah di rugikan karena pihak telkomsel menjanjikan gratis menelepon ke sesama produk operator selular itu selama 5.400 detik, Tetapi hal itu tidak terlaksana. Pelanggan merasa kecewa karena setelah di coba hal itu selalu gagal dan mengurangi pulsa para pelanggan itu sendiri, Dengan kata lain pelanggan merasa di rugikan.

3.2      SARAN

 Bagi setiap perusahaan yang menjalankana suatu usaha atau bisnis diharapkan menerapkan suatu etika dalam perusahaannya. Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen. Jangan menganggap remeh suatu etika bisnis itu karena etika tersebut sangat penting bagi kemajuan perusahaan itu sendiri. Tanpa adanya suatu etika dalam bisnis mungkin perusahaan tidak akan bertahan lama karena akan menghancurkan nama baik perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu wajib bagi semua perusahaan untuk menerapkan suatu etika bisnis dalam perusahaannya.

Khusus bagi perusahaan Telkomsel jangan menjanjikan sesuatu yang belum terlaksana karena akan membuat para pelanggan menjadi tidak percaya lagi. Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen atau masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Perusahaan yang menjalankan ushanya dengan didukung suatu etika bisnis akan lebih berkembang dari pada perusahaan yang tidak memiliki suatu etika berbisnis apa-apa. Oleh karena itu suatu etika berbisnis sangat penting dalam menjalankan suatu usaha.

Monday, April 24, 2017

Perbedaan Mencolok Kamera SLR dan DSLR




Dunia fotografi akhir-akhir ini berhasil mencuri perhatian dunia semenjak adanya social media seperti instagram, salah satu social media yang mendukung profesi fotografer untuk memamerkan hasil karya jepretnya. Ada beberapa jenis kamera yang digunakan para fotografer baik professional maupun amatir untuk menghasilkan sebuah karya foto yang apik dan enak dilihat, diantaranya adalah kamera SLR dan DSLR.
Namun banyak orang salah kaprah mengenai dua jenis kamera ini. Banyak yang mengira SLR dan DSLR adalah sama, padahal ini adalah dua jenis kamera yang berbeda walaupun namanya mirip-mirip. Perbedaan paling mencolok adalah terletak pada lensanya. Jika DSLR merupakan jenis kamera yang memiliki berbagai jenis lensa dan bisa digonta ganti berdasarkan kebutuhan penggunanya, lain hal dengan SLR merupakan jenis kamera yang hanya memiliki lensa tunggal yang tidak dapat diganti. Namun seiring perkembangan jaman sudah ada beberapa merek kamera SLR yang berinovasi dan memberikan banyak aksesoris lensa tambahan dan filter. Berikut adalah perbedaan secara lebih detailnya.

KAMERA SLR (Single Lens Reflect)



Kamera SLR (Single Lens Reflex atau Cermin Lensa Tunggal), disebut SLR karena cara kerja kamera ini karena pembidikannya dipantulkan melalui prisma dan cermin lalu diteruskan pada lensa utama sehingga tidak terjadi efek paralax (perbedaan bidikan dan hasil gambar yang ditangkap kamera) seperti yang terjadi pada kamera jenis range finder. Dengan kamera jenis ini, fotografer harus menentukan kecepatan shutter speed (Kecepatan rana), aperture (bukaan diafragma) serta fokus, maka disini fotografer adalah si penentu kualitas foto, apakah jadi kabur nggak karuan atau lebih indah dari aslinya. Dengan kamera SLR sang fotografer dapat berkreasi sebebas-bebasnya dengan membuat efek-efek tertentu dengan cara membuat kombinasi yang berbeda antara shutter speed dan aperture, selain itu akhir-akhir ini kamera SLR sangat banyak asesorisnya seperti berbagai jenis lensa, filter dll. Dengan berkembangnya teknologi dibidang fotografi, maka saat ini kamera SLR juga memliliki kemampuan yang serba otomatis yang menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan, seperti fokus otomatis, kecepatan rana otomatis, dan bukaan diafragma otomatis, Namun selain dapat disetel otomatis kamera tersebut dapat disetel manual. Kamera jenis SLR paling banyak digunakan oleh amatir maupun profesional, selain karena kemampuannya, menggunakan kamera jenis ini menurut mereka lebih menantang (mungkin maksudnya lebih ruwet karena harus nyetel ini itu.

KAMERA DSLR (Digital Single Lens Reflect)




Pada kamera ini, cahaya yang masuk ke dalam kamera dibelokkan ke mata fotografer sehingga fotografer mendapatkan bayangan yang identik dengan yang akan terbentuk saat fotografer memencet tombol kecepatan rana, cahaya akan dibelokkan kembali ke medium (atau film). Lensa kamera SLR dapat diganti-ganti sesuai kehendak. Dudukan lensa pada bodi kamera berbeda benda tergantung merek kamera, mulai dari lensa wide (sudut lebar), tele(jarak jauh) dan lensa normal (standar 50mm), tersedia pula lensa zoom dengan panjang lens bervariasi.


Wednesday, April 19, 2017

PAPER ETIKA BISNIS : DILEMA ETIKA DALAM ORGANISASI

PAPER ETIKA BISNIS
DILEMA ETIKA DALAM ORGANISASI

(Untuk Melengkapi Tugas Etika Bisnis)


Disusun oleh :
Panji Aldio Utama
18214387
3EA47
Dosen : Bpk. Adi Kuswanto


UNIVERSITAS GUNADARMA
KARAWACI
2017


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Dalam bermasyarakat tentu setiap orang perlu memiliki etika yang baik dan bermoral. Oleh karena itu, penting bagi setiap manusia bisa menentukan mana yang salah dan benar, mana yang baik dan buruk. Seiring perkembangan jaman, sebagian remaja dan anak muda terkadang selalu mengikuti pergaulan yang sedang tren atau ramai diperbincangkan. Kemajuan teknologi yang terus berkembang pesat menjadi salah satu faktor perubahan bahasa, sikap, dan pribadi seseorang. Sehingga kemajuan teknologi ini tidak selamanya positif bahkan melainkan menjadi hal negatif untuk masa muda saat ini terutama menurunnya etika seseorang dalam berbudaya yang telah tercantum dalam nilai luhur dan yang diajarkannya selama ini.
Hal inilah yang akhirnya menimbulkan dilema bagi masyarakat dalam beretika baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berorganisasi. Dalam berorganisasi tentu etika diperlukan agar tujuan antara individu dan organisasi bisa selaras dan bisa dicapai. Namun dengan adanya dilema etika dapat memisahkan tujuan antara individu dan organisasi sehingga menjadi tidak selaras dan sulit untuk dicapai. Dilema etika dalam berorganisasi bisa terlihat ketika membicarakan masalah yang timbul dalam pengambilan keputusan.
Dilema etika terlihat pada situasi dimana pelaku bisnis menghadapi banyak pilihan dan tidak jelas ketika mengambil jawaban yang benar sebagai pebisnis. Pengambil keputusan memiliki dilema karena harus mengambil pilihan dengan mengetahui dampak positif dan negative atas keputusannya.
1.2   Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dan makna dilema etika ?
2. Apakah ada ciri khusus untuk dilema etika dalam organisasi ?
3. Bagaimana cara mengatasi dilema etika dalam organisasi ?
1.3   Manfaat dan Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan makna dilema etika dalam organisasi.
2. Mengetahui ciri khusus dilema etika dalam organisasi.
3. Memberikan gambaran untuk mengatasi dilema etika dalam organisasi.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1   Definisi dan Makna Dilema Etika
Dilema etika sulit diidentifikasi karena sifatnya yang sangat spesifik dan banyak faktor situasional yang tertanam di dalamnya. Dilema etika terjadi pada situasi ketika seseorang harus memilih di antara keduanya. Beberapa orang hebat telah mendefinisikan dilema etika seperti menurut 'Doug Wallace’ dilema etika ada saat seseorang dihadapkan pada Harus membuat pilihan di antara alternatif berikut:
DILEMA ETIKA DALAM ORGANISASI
(A) Konflik nilai signifikan di antara kepentingan yang berbeda.
(B) Alternatif nyata yang sama dapat dibenarkan.
(C) Konsekuensi signifikan pada pemangku kepentingan dalam situasi tersebut.
Menurut 'Rushworth Kidder' - "Dalam dilema etika pilihan terberat adalah Kanan versus kanan. 'P. Kidder' mengatakan- " Justru mereka adalah dilema yang sebenarnya karena masing-masing pihak jelas saling keterkaitan dengan nilai intinya, empat dilema berikut sangat umum karena berdiri sebagai model, pola atau paradigma.
(I) Kebenaran versus kesetiaan
(Ii) Individu versus komunitas
(Iii) Jangka pendek versus jangka panjang
(Iv) Keadilan versus belas kasihan.
Secara umum dapat dikatakan dilema etika adalah penilaian yang kompleks mengenai keseimbangan antara kinerja ekonomi dan kinerja sosial suatu organisasi. Beberapa contoh dilema etika menurut ‘Ramesh Yadav’ adalah seorang perwira pemasaran dengan perusahaan multinasional. Perusahaan ini digunakan untuk mengikuti sistem Amerika yang berkontribusi sama terlepas dari penunjukan mereka. Suatu ketika, atasannya Anil Sharma mengundang beberapa pegawai kantor untuk makan siang untuk merayakannya Promosi Sunil ke manajer penjualan. Setiap karyawan sama-sama menyumbang Rs. 175 / - untuk Makan siang dan tagihannya dibayar oleh Mr. Sharma. Dua hari setelah makan siang Ramesh menemukannya Bahwa atasannya Mr. Sharma telah membunuh perusahaan itu selama makan siang. Dalam situasi tersebut Pak Yadav mengalami dilema etika dalam menangani situasi tersebut.
Joseph H. Boyett dan Jimmie T. Boyett telah mengutip situasi etis yang dipertanyakan
Dalam bisnis sebagai praktik yang melibatkan aktivitas ilegal yang benar, seperti mencuri Produk / praktik perusahaan. Penyalahgunaan kekuasaan, penerapan biaya pribadi untuk kontrak anggaran. Tapi situasi ini menawarkan pilihan yang jelas antara benar atau salah. Isu etis hanyalah bagian dari latihan rutin tapi jarang ditandai secara legal. Sekali lagi dilema kontrak dengan cara isu etika muncul karena dasar karakteristiknya berbeda. Dilema bersifat sangat spesifik dan sulit untuk mengidentifikasi masalah yang umumnya mudah diselesaikan dan tidak spesifik menugaskan yang benar / salah, baik / buruk cukup mudah untuk masalah etika tapi untuk dilema beberapa nilai dengan banyak pendapat apa yang benar untuk satu partai mungkin salah untuk yang lain perbedaan terpenting antara isu etis dan dilema etika adalah ketika orang menemukan dirinya dalam dilema etis, dia ingin melakukan hal yang benar tapi tidak mengetahuinya Apa itu atau tidak memiliki kapasitas untuk melakukannya tapi untuk masalah etis, seseorang dapat melakukannya hal yang benar jika mereka ingin melakukan dan memiliki niat.

2.2   Ciri - Ciri Dilema Etika
Dilema etika sangat spesifik dan memiliki beberapa ciri khusus dan menonjol seperti :
1. Hasil yang tidak pasti
Seseorang tidak dapat yakin tentang konsekuensi dari pilihan etis yang diambilnya.
2. Beberapa pilihan dan alternatif
Seperti masalah etika di mana hanya dua pilihan 'ya' atau 'tidak' dalam dilema etika, situasi berbeda pengambil keputusan menemukan lebih dari dua Alternatif yang harus diperhatikan.
3. Konsekuensi campuran
Dilema etika dan masalah dalam manajemen saat dipecahkan menentangnya Satu sama lain. Satu keputusan tapi dianggap menguntungkan oleh satu pihak dan tidak menguntungkan pihak lain, misalnya, keputusan penghentian 10% Tenaga kerja dan kenaikan gaji untuk 90% tenaga kerja yang tersisa.
4. Keterlibatan langsung / tidak langsung
Apa yang akan terjadi pada situasi tertentu di mana orang menghadapi dilema etika, Satu sisi satu orang terlibat langsung dan di sisi yang lainnya itu adil yang ditinjau dari jarak jauh dan tidak terlibat langsung, keputusan yang etis jelas lebih sulit dibuat ketika orang secara pribadi terlibat di dalamnya. Misalnya, apa yang akan Anda lakukan bila atasan Anda menginginkan Anda langsung membuat tagihan TA / DA palsu dan mentransfernya ke dia? Jadi, apakah Anda akan mengikutinya? Atau meniup peluit melawan dia? Dalam kedua kasus Anda akan berada dalam masalah.
5. Merupakan kepercayaan umum bahwa keputusan etis mengurangi keuntungan ekonomi perusahaan Namun tidak berdampak langsung pada gaji manajer atau prospektus mereka yang lain. Begitu Para eksekutif terkadang memilih jalan di mana margin keuntungan bisa mengurangi, menjaga diri mereka di sisi yang lebih aman. Jadi untuk menyimpulkan kita mengatakan bahwa dilema etika sangat kompleks. Memilih salah satu di antara beberapa pilihan yang cukup sulit dan juga berisiko.

2.3   Pendekatan dan Metode Penyelesaian Dilema Etika dalam Organisasi
Faktanya tidak ada cara mudah untuk menemukan pendekatan dan metode yang praktis yang membantu menyelesaikan etika dilema. Seiring tingkat kompleksitas meningkat, risiko memilih dan menerapkan pendekatan dan metode akan menjadi lebih sulit. Ada beberapa pendekatan klasik dan metode tradisional berkembang dalam menyelesaikannya dilema etika yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Utilitarian (pendekatan berbasis akhir)
Sistem utilitarianisme berasal oleh pemikir Inggris Jeremy Bentham (1748- 1832). Ini bertujuan untuk menciptakan tingkat manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar. Menurut sistem ini, perilaku manusia dianggap baik jika menghasilkan keuntungan untuk masyarakat dan buruk jika menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Faktanya Utilitarianism adalah versi spesial dari "Teleology". Teleologi sangat ditekankan Atas hasil tindakan individu dan bukan pada maksud individu. Itu Mengapa disebut sebagai "Konsekuensialisme" atau etika berbasis akhir
2. Universalisme (rule based)
Pendekatan universalisme didasarkan pada tugas dan kewajiban individu (Tata susila). Nilai moral pada tindakan individu harus dinilai berdasarkan keinginan orang tersebut, bukan hasil tindakannya. Ini mengasumsikan bahwa niat baik selalu dihasilkan dalam hasil yang baik, akhirnya jika tidak segera. 'Immanuel Kant' (1724-1804) mengusulkan "Imperatif Kategoris" - Seseorang harus bertindak hanya dengan cara yang seseorang ingin agar semua orang bertindak sama menetapkan keadaan, dan juga memperlakukan orang lain dengan harga diri dan rasa hormat. Nilai semua orang sama. Oleh karena itu tidak ada hak yang harus di bawah hak yang lain.
3. Pendekatan berbasis perawatan
Anda harus mencadangkan dilema dengan mengingat bahwa Anda memiliki kewajiban memiliki hubungan dekat dengan anda atau tidak ada yang peduli dengan Anda. Anda harus merawat mereka hanya untuk mempertahankan ikatan yang kuat dalam hubungan, namun beberapa orang hebat berpendapat untuk menentangnya bahwa hal itu akan menciptakan pilih kasih saat bekerja dengan orang-orang yang berharga. Hubungan juga bisa merosot menjadi favoritisme yang tidak adil dan pengorbanan kebutuhan sendiri Untuk merawat anak, orang tua, pasangan dan teman yang memiliki hubungan dekat dengan Anda.
4. Etika Kebajikan
'Peter Partley' (Inti dari etika bisnis) Berkata - "Etika kebajikan dapat diwakili Sebagai konstruksi mental dengan kehati-hatian. Lebih tepatnya konstruksi logam ini memiliki dua Plafon - satu dimahkotai oleh kehati-hatian pribadi dan yang lainnya oleh kehati-hatian publik. Itu Citra menggambarkan bagaimana kita bisa membedakan dua bidang keunggulan, baik publik maupun swasta Menjadi seseorang harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang corporate private dan kesejahteraan sosial. Secara umum kita mengatakan bahwa ketika seseorang mengikuti etika kebajikan yang berarti sementara melakukan tindakan apapun dia harus mengembangkan karakter moral yang saleh. Metode pemecahan dilema etika dilema etis terjadi dalam organisasi dalam berbagai bentuk, kerangka dan struktur Jadi satu metode unik dan tidak unik dapat diterapkan untuk mengatasinya. Setiap organisasi memiliki strategi sendiri, prosedur yang direncanakan untuk menangani dengan dilema etis. Umumnya sebuah komite manajer tingkat atas sedang menyiapkan untuk memilih pendekatan dan metode yang tepat untuk mengatasi dilema etika. Beberapa metode telah diberikan oleh orang-orang hebat seperti
1. 'Rushworth Kidder'- Sembilan langkah prosedur untuk menghadapi dilema etika.
2. 'Wallace dan Pakel'- Sepuluh langkah pengambilan keputusan.
3. 'Laura L. Nash' - mengajukan dua belas pertanyaan untuk mengatasi dilema etika.
4. Sembilan langkah untuk menghadapi dilema etika (oleh Rushworth Kidder)
(ekstrak dari Bagaimana orang baik membuat pilihan - "Mengatasi dilema kehidupan etis, William /
Morrow, New York, 1995).
1. Tentukan masalah dan jelas kenali masalah moral di dalamnya.
2. Tentukan siapa yang akan mempengaruhi keputusannya? Apa peranmu?
3. Sampai dan kecuali dilema etis dapat dikurangi menjadi isu umum yang Meskipun sulit tapi mudah dikelola, sulit untuk mengatasinya untuk yang satu ini Harus mengumpulkan informasi dan fakta bagaimana masalah terjadi.
4. Isolasi isu-isu ilegal yang terlibat dalam masalah dengan menguji hak versus salah.
5. Sekarang waktunya telah tiba untuk membuat pilihan terberat
Yang benar versus paradigma yang tepat seperti :
Keadilan V / s belas kasihan
Jangka pendek V / s jangka panjang
Kebenaran V / s loyalitas
Komunitas V / s individu
6. Pada tahap ini Anda dapat memilih salah satu pendekatan yang tepat untuk mengatasi dilemma seperti :
• Perawatan berbasis
• Aturan berbasis
• End based Atau etika kebajikan (sudah dibahas sebelumnya)
7. Cari tahu apakah ada cara lain untuk keluar dari situasi.
8. Putuskan dan Bertindak - akhirnya pilih pendekatan yang menurut Anda paling sesuai, Putuskan dan ambil tindakan
9. Review keputusan-
Terlepas dari metode 'Hosmer' (disebutkan di atas) telah diberikan lima hal Yang harus diikuti untuk membuat isu etis dan dilema jauh lebih sederhana Dari sebelumnya-
(i) Keputusan yang diambil oleh manajer harus ditangani dengan hati-hati Konsekuensi dapat mempengaruhi organisasi maupun masyarakat.
(ii) Pilihan etis penuh dengan hasil yang beragam. Satu sisi manfaat sosial dan Sisi lain pendapatan keuangannya.
(iii) Jika Anda melihat dari lapisan atas Anda akan menemukan ada dua potong yang jelas
Alternatif 'Ya' atau 'tidak' tapi sebenarnya sebagian besar penerbit etis Beberapa alternatif sama-sama bisa diperdebatkan.
(iv) Bagaimana keputusan etis dan implikasi pribadi terkait dengan masing-masing
lain? Sebagian besar keputusan etis memiliki implikasi pribadi meski umum Keyakinan mengatakan keputusan etis diisolasi dari karir eksekutif.
(v) Tingkat ketidakpastian sangat tinggi dalam masalah etika, tidak pasti Konsekuensi dengan penuh risiko dan keraguan tertanam dalam etika keputusan.

2.4 STANDAR PLATINUM ETIKA
'Scoft W. Ventrella' (keunggulan eksekutif, Juli, 2001) memberikan standar platina Etika untuk menghadapi dilema etika sebagai berikut:
1. Tanyakan kepada diri sendiri - Masalah siapa itu? Apakah ini merupakan kasus kepentingan atau pertanyaan yang bertentangan Benar dan adil? Dalam 'Power of Ethical Management' Norman Vincent Peale dan Ken Blanchard bertanya:
(I) Apakah itu legal atau ilegal? Apa yang Anda lakukan sesuai dengan kebijakan atau melawan Kebijakan maka jangan lakukan itu dan.
(Ii) Seberapa besar keadilan di sana? Jika memberi manfaat sedikit, jangan lakukan itu.
(Iii) Pada akhirnya apa analisis diri saya? Bagaimana perasaanku terhadap diriku sendiri?
2. Apakah keputusan tersebut secara akurat mencerminkan jenis orang Anda? Apakah karakter anda cocokkan keputusanmu apakah anda mengikuti-Mempraktikkan apa yang Anda khotbahkan?
3. Hati-hati dan sadar akan tindakan apa yang anda tunjukkan dan coba bayangkan situasinya bahwa jika semua transaksi, tindakan, panggilan telepon anda diperhatikan, dicatat dan selanjutnya
Melaporkan apa hasilnya.
4. Jaga kata-kata anda - Seberapa kuat Anda memenuhi komitmen anda. Apakah itu cara Anda? Buat janji dengan ringan, terkadang terpenuhi dan terkadang tidak. Jika demikian maka beberapa praktik akan diikuti oleh bawahan dan rekan anda. Jadi cobalah untuk mengatakan tidak Anda tidak bisa menyelesaikannya atau tidak ingin menyelesaikannya atau tidak tahu bagaimana melakukannya.
5. Mengembangkan dan mempertahankan integritas - Nilai yang paling kuat adalah integritas yang memiliki :
• Keberanian (mengatakan yang sebenarnya).
• Disiplin dan kontrol diri.
• Kebaikan-kejujuran, moralitas, kebaikan hati, keadilan, kemurahan hati.
• Kekuatan pusat - yang memberi kita alat navigasi, bagaimana caranya melewati lanskap etik yang kabur.
• Hidup oleh kebenaran batin dan pikiran batin agar tetap menjadi tidak binasa, bersih dari tendangan balik dll biarkan pikiran Anda dipandu oleh hati nurani.


BAB 3
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Dilema etis adalah situasi tertentu dimana para pengambil keputusan menghadapi kesulitan pilihan tanpa jawaban yang  benar benar ada. Karena beberapa fitur special dan berbeda seperti konsekuensi yang tidak menentu, beberapa alternatif, dll. Manajer dan eksekutif harus melakukannya hati-hati dalam menghadapi dilema etika. Meskipun beberapa metode tradisional telah ada Dikembangkan yang membantu pengambil keputusan untuk menangani situasi yang kompleks dan membuat etika keputusan.

3.2   Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.